Kamis, 23 Februari 2012

Seni Kebudayaan Reog Ponorogo





Seni Kebudayaan Reog Ponorogo


Indonesia adalah negara luas yang memiliki banyak pulau dan memiliki lautan yang luas. Begitu pula berbagai kebudayaan dan berbagai agama di indonesia begitu bermacam-macam, dengan berbagai macam itulah yang membuat negara ini indah. Salah satu kebudayaan di indonesia yaitu di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering di identikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural.

Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat.
Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.

Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong.

Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi mistis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional.

Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif  bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah.

Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu, dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna.

Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin.

Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf REYOG mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.

Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok.

Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan. Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.

 “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya,”Seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Itulah salah satu seni kebudayaan dari beribu kebudayaan di indonesia yaitu salah satunya reog asal kabupaten ponorogo, semoga kawan-kawan yang telah membaca artikel ini dapat menambah wawsan dan serta bisa menjaga berbagai kebudayaan seni di indonesia dari klaim negara lain seperti malaiysa dan dari berbagai ancaman yang mengatas namakan sebuah agama yang berbasiskan agama radikal dan perlu di ingat negara kita bukan negara yang berdasarkan satu agama tapi negara indonesia ini berdasar pada pancasila dan di mana negara ini plurallisme(berbagai macam-macam agama dab budaya).

Okay Kawan-kawan masih banyak lagi artikel-artikel yang unik Tentang Indonesia ini…
Tunggu aja ya..
Terimakasih =)


Selasa, 07 Februari 2012

About Adni




Hai semuanya, sebelum nya perkenalkan nama saya Adni Adnita Habe, saya terlahir 20 tahun yg lalu di Sidoarjo. Tapi saya sekarang tinggal di sebuah kota kecil yang indah sekali (menurut saya sih) yakni kota Bangil yang terletak di kabupaten Pasuruan. Panggilan saya Adni kadang Nita kadang Habe (jangan dibalik ya bacanya) Saya sedang menempuh pendidikan S1 di STIE Malangkucecwara Malang yang dulunya bernama ABM (Akademi Bank Malang). Saya lulusan dari SMA N 1 Bangil yang bertarafkan Internasional tahun 2010 *hahay. Saya tidak merasa kecewa telah masuk di Perguruan Tinggi Swasta meskipun banyak teman-teman saya yang lebih memilih Perguruan Tinggi Negeri. Karena segala sesuatu apabila kita melakukannya dengan sungguh-sungguh maka kita akan memperoleh hasil yang memuaskan. Itulah yang akan saya terapkan selama menempuh pendidikan di kampus saya tercinta.
Ngomong-ngomong tentang hobi, hobi saya sedari kecil sampai sekarang masih tetap yakni renang. Meskipun selama ini gaya yang saya sukai hanya gaya batu (alias ga bisa renang) tapi saya masih suka dengan berenang. Selain itu, saya juga memiliki hobi jalan-jalan. Eitz.. tunggu dulu jalan-jalan disini bukan jalan2 ke mall, melainkan jalan2 nya para petualang (berpetualang ke mall.. *samasaja). Saya memiliki banyak sekali pengalaman yang mengasyikkan tentang jalan2. Kapan2 akan saya post kan lagi deh. Tapi sebelumnya nih saya tampilkan foto gaya renang saya.




Saya juga suka sekali foto2. Untuk sementara saya masih suka foto2 wajah saya sendiri (habis gak ada yang menarik) alias narsisme melanda saya. Tapi akan saya kembangkan lagi bakat foto saya ini untuk mengambil foto yang lebih bermanfaat (nah Lho..??). Karena saya juga menjadi anggota sekaligus menjadi sekretaris UKM jurnalistik di kampus saya, saya harus lebih mengembangkan atau lebih mencari tahu bagaimana berjunalistik yang baik. Semangat deh pokoknya buat tim J.A.S (Jurnalistik of ABM Society) kita.

Makanan yang paling saya sukai yakni BAKSO. Entah mengapa setelah mengetik kata BAKSO eh tukang bakso tiba2 muncul di depan rumah *cling (emang ada kontak batin niih antara saya dengan bakso *eh). Seperti yang ada di sponsor “Apapun makanannya minumnya teh botol Cocrot (ma’af dilarang menyebut merk)”, tapi kalau saya “Kemanapun perginya Makannya semangkuk Bakso (kalau kenyang, kalau masih laper bisa sampai 5 mangkuk  *glek)”.  Oia kalau di Malang hobi makan saya berbeda bukan bakso lagi melainkan bubur ayam. Ini awalnya gara2 sahabat saya (sahabat?  *pret) yang mengajak saya beli bubur ayam. Sekali mencobanya saya langsung ketagihan, sama seperti awal saya bertemu dengan si bakso *berlebihan.  Mungkin karena di Bangil tidak ada yang menjual bubur ayam jadi sampai sekarang makanan yang saya sukai hanyalah bakso (tidak menutup kemungkinan untuk makanan lain yang enak, saya juga suka, yang penting HALAL).

Mungkin sekian dulu untuk tulisan perdana saya (penulis internasional “Adni W.” *maaf Mira W.). Untuk yang ingin mengetahui saya lebih jauh silahkan kunjungi situs jejaring social yang saya miliki (sekalian promosi).
1. Facebook : tadni@yahoo.com
2. Twitter: @adnihabe
Kalau bisa silahkan di add, d follow atau apalah biar bisa lebih kenal lagi. *masihkurang?, Silahkan temui saya langsing di Kampus ABM kita tercinta (kecuali hari besar dan liburan). Terima kasih buat semuanya yang sudah berkenan membaca tulisan saya ini. SEMANGAT SELALU. SALAM SUPER.

Senin, 06 Februari 2012

Too Spicy


Too Spicy ? Terlalu pedas ? Atau kurang cabenya ? Kalau bukan trus apa ?...hahaha..semua penjelasannya salah semua...

Seperti gambar yang sengaja saya ambil di sebuah pusat perbelanjaan di kota Surabaya tersebut adalah gambar adik saya sedang mencoba memainkan game. Akan tetapi adik saya tidak benar-benar memainkan game tersebut. Karena adik saya tidak membeli koin untuk dapat memainkan game first person shooter tersebut. Jadi terpaksa dia hanya melihat video game tersebut sambil memegang senjata yang seolah-olah sedang bermain jika dilihat dari kejauhan.

Dilihat dari segi grafis memang terbilang bagus. Sama seperti game arcade lain seperti Time Crisis, House of The Death yang sudah tidak diragukan lagi grafisnya. Dari segi permainan, tipe permainan yang digunakan adalah battle one by one, artinya satu lawan satu. Tidak sama dengan dua game yang telah saya sebutkan di atas.

Kembali ke topik cerita di atas, bahwa game arcade Too Spicy adalah game asal negeri Sakura yang bertemakan pertarungan brutal yang sedang terjadi di suatu daerah. Game tersebut bersetting modern dengan mengusung first person shooter. Dimana pemain harus dapat mengalahkan musuh dengan menembak bagian-bagian tubuh yang memiliki skor berbeda-beda.

Jika masih bingung coba bandingkan dengan game online sperti Counter Strike atau Point Blank. Game ini memiliki kesamaan dengan keduanya. Akan tetapi yang membedakan adalah cara bermainnya. Game ini mungkin menurut saya terinspirasi dari Cowboy ala Western yang terkenal akan tembakan-tembakan yang pas sasaran.

Akan tetapi sebelum anda dapat memainkan game tersebut, anda terlebih dahulu harus membeli 3 koin untuk dapat memainkan game tersebut. Selamat bermain.. :D

Topeng Kucing


Jangan kaget jika melihat foto diatas. Foto tersebut bukanlah foto Saras 008 yang pernah populer pada tahun 2000an. Foto tersebut adalah foto adik keponakan saya yang sedang bermain. Saya juga tidak tahu apa yang sedang dia mainkan saat itu. Yang menjadi ketertarikan saya adalah karena adik keponakan saya tersebut mengenakan topeng kucing berwarna ungu milik adik sepupu saya yang paling kecil dan juga mengenakan kaos oblong yang baru dibeli dari pasar minggu yang bertuliskan “Madura”.

Kebetulan sekali saya ada ditempat tersebut dan saya langsung mengambil gambar adik keponakan saya tersebut. Jepret ! Gambar pun di dapat. Percayakah anda jika adik keponakan saya ini juga jago mengambil gambar atau memotret gambar ? Saya sendiri sampai terheran-heran ketika adik keponakan saya tersebut jika disuruh mengambil gambar dia bisa melakukannya dengan baik.

Awalnya sih gambar yang dihasilkan tidak fokus,tidak jelas,dan goyang. Akan tetapi setelah sekian lama saya perhatikan, lama kelamaan foto yang dia ambil semakin membaik. Gambar tidak lagi goyang dan fokus. Wah sungguh perubahan positif yang dapat saya tangkap saat itu. Hal tersebut juga di alami oleh adik saya sendiri. Terkadang adik saya suruh untuk mengambil gambar diri saya sendiri dalam berbagai pose dan gaya. Hasilnya, bisa dibilang bagus untuk se-umuran adik saya. Semoga ada bibit-bibit photografer kelak dimasa mendatang seperti diri saya ini..hehehe..

Pencak Silat


Artikel berikut ini masih berhubungan dengan 2 artikel sebelumnya yang terkait pasar kaget dan aneka macam souvenir khas pulau Madura. Kali ini saya akan menjelaskan cerita lain dalam kegiatan yang saya lakukan di pasar minggu di kota Pamekasan.

Seperti yang sebelumnya sempat saya ceritakan sedikit tentang kegiatan yang dilakukan warga kota Pamekasan pada hari Minggu yaitu kegiatan latihan pencak silat. Latihan pencak silat tersebut dilakukan oleh beberapa orang, yang terdiri dari seseorang yang berperan sebagai guru dan beberapa murid yang mungkin umurnya masih belasan tahun. Gerakan demi gerakan mereka peragakan dengan perlahan-lahan dan sangat hati-hati agar tidak mengenai pengunjung pasar minggu.

Latihan yang mereka lakukan disana membuat banyak orang datang. Ada yang datang langsung melihat ada juga yang datang melihat sambil menikmati hidangan-hidangan di pasar minggu tersebut. Dan ada pula yang datang sambil duduk-duduk di tepian jalan karena kecapaian setelah berolahraga.

Dari kejauhan , saya dan adik-adik beserta om langsung mendatangi lokasi latihan para atlet pencak silat tersebut. Adik saya sempat menirukan salah satu gerakan yang mereka lakukan. Saya pun memiliki inisiatif untuk mengabadikan momen tersebut ke dalam mini kamera saya dan saya tuangkan cerita tersebut ke dalam bentuk artikel seperti yang sedang anda baca saat ini. Semoga cerita saya ini dapat menambah wawasan kepada yang membaca. Trims...

Sabtu, 04 Februari 2012

Contact

Anda dapat mengontak kami melalui :
Group Facebook : jurnalistikabm
Follow Twitter : @AbmJurnalis
Via E-mail : jurnalis_abm@yahoo.com

atau datangi langsung alamat kami di :
Kesekretariatan bersama Ukm Jurnalis (J.A.S)
STIE-Malangkucecwara
Jln.Terusan Candi Kalasan, Blimbing
Malang - Indonesia 65142

Jumat, 03 Februari 2012

Siapa yang mau ? :D


Cerita liburan saya di pulau Madura masih berlanjut. Masih berada di lokasi yang sama, yaitu pasar dialun-alun kota. Waktu itu saya dan adik-adik saya sedang berkeliling di sekitar pasar minggu ala kota Pamekasan tersebut. Berbagai macam makanan dan minuman telah disediakan demi untuk menarik minat para calon pembeli. Tak terkecuali beberapa souvenir khas pulau Madura.

Seperti yang bisa kita lihat pada gambar di atas, banyak para pedagang menjajakan barang dagangannya berupa souvenir yang berupa piring kecil, miniatur karapan sapi, bros hingga kaos oblong yang bertema pulau Madura. Harga yang ditawarkan juga bervariatif, mulai dari 10 ribu rupiah hingga 80 ribu rupiah.

Kebetulan ketika sedang berjalan-jalan disana, saya bertemu dengan om saya beserta dengan anaknya yang paling kecil. Om saya ternyata selain berolahraga disana juga berencana membeli souvenir khas pulau Madura untuk semua anak kesayangannya.

Om saya tertarik untuk membeli sebuah boneka kecil yang digunakan untuk gantungan kunci yang berbentuk orang berpakaian khas pulau Madura. Dengan harga 5 ribu rupiah, boneka tersebut berhasil dibeli. Setelah membeli beberapa boneka gantungan tersebut, om saya ternyata kepincut dengan kaos-kaos oblong yang bertema pulau Madura, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Saking sukanya dengan kaos tersebut, om saya sampai menyuruh pedagang kaos tersebut untuk datang kerumah nenek saya untuk menjual barang-barang dagangannya kepada sanak keluarga yang kebetulan sedang berkumpul semua. Alhasil semua keluarga saya berbondong-bondong untuk membeli kaos-kaos tersebut sebagai oleh-oleh dari pulau Madura. Dan saya pun mendapatkan salah satu kaos tersebut...Alhamdulillah.

Pasar Kaget atau Saya yang Kaget ?


Pada tanggal 22 Januari 2012 saya sedang berada di pulau Madura, tepatnya di kota Pamekasan. Saya berada disana untuk menghadiri acara arisan keluarga saya. Untungnya Alhamdulillah acara arisan keluarga yang sekaligus sebagai ajang silahturahmi bertepatan dengan liburan semesteran saya. Mungkin jika acara tersebut jatuh pada hari-hari aktif kuliah, sulit untuk saya datang ke kampung halaman ayah saya tersebut.

Acara arisan rutin keluarga setiap tahun bertepatan pada hari minggu, dimana yang hari minggu digunakan semua orang untuk refresing dan melepas kepenatan selama 6 hari. Lalu apa hubungannya dengan gambar di atas ? Baik saya akan jelaskan.

Sekitar pukul 06:00 wib, saya ingin berjalan-jalan di luar rumah nenek saya. Kebetulan adik dan keponakan saya juga ikut berjalan-jalan. Ya sudah, kami semua berangkat jalan-jalan. Tidak disangka ternyata banyak juga orang-orang yang ada di jalanan. Ada yang bersepeda, jogging dll. Pemandangan yang jarang saya liat selama berada di pulau Madura selama beberapa hari.

Setelah saya berjalan hingga mendekati alun-alun kota Pamekasan, ada pemandangan yang sangat membuat saya kaget. Ternyata semua warga kota Pamekasan sedang berkumpul di alun-alun kota untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing. Saya sempatkan untuk mengelilingi alun-alun tersebut dengan adik-adik saya. Seperti yang saya jelaskan di atas, memang banyak warga yang melakukan jogging, bersepeda dan bahkan ada yang latihan pencak silat. Apalagi di alun-alun tersebut banyak saya temui tenda-tenda tempat orang berjualan makanan dan minuman. Persis seperti kondisi keramaian di pasar minggu di kota saya, yaitu kota Malang.

Seperti yang terlihat di foto atas, bisa kita lihat banyak sekali orang-orang yang sedang beristirahat selepas berolahraga dengan membeli makanan seperti soto,bakso,tahu campur,bubur ayam dll. Saya sempat heran dengan begitu banyak warga masyarakat kota Pamekasan yang menghabiskan waktu libur mereka dengan berolahraga di sebuah alun-alun yang bisa saya sebut sebagai pasar minggunya kota Pamekasan. Semoga artikel saya bermanfaat untuk yang membaca.Trims